Sumber: kompasiana.com |
Komunikasi adalah proses mengirimkan sinyal/pesan antara
pengirim dan penerima melalui berbagai macam metode (tulisan, isyarat non
verbal, dan lisan). Komunikasi juga merupakan mekanisme yang kita gunakan untuk
membangun dan memodifikasi hubungan. Berkomunikasi sangatlah penting. Entah itu
dalam mencari teman, relasi, bahkan pacar. Dalam bersosialisasi, kita perlu
tahu bagaimana cara berkomunikasi yang baik dan benar.
Pertama, dengarkan baik-baik lawan bicara Anda. Itu yang
terpenting. Karena jika Anda tidak memperhatikan lawan bicara Anda, bisa jadi
obrolan Anda dengan lawan bicara Anda jadi ‘nggak nyambung’. Nggak nyambung itulah
yang membuat lawan bicara menjadi badmood.
Kedua, pikirkan baik-baik apa yang ingin Anda ucapkan
kepada lawan bicara Anda. Karena lebih baik berpikir dulu kan sebelum
bertindak? Tapi jangan juga berpikirnya terlalu lama karena nanti Anda bisa
dikira telmi (telat mikir).
Ketiga, katakan dengan baik, sopan, dan sesuai dengan
kondisi teman Anda. Jangan juga terlalu bertele-tele karena orang lebih suka
sesuatu yang to the point. Perhatikan
juga waktu yang terbaik untuk Anda bicara. Jangan sampai Anda menyela
pembicaraan lawan bicara Anda. Satu lagi, ekspresi dan perasaan Anda harus pas
dengan lawan bicara Anda.
Jika Anda tidak bisa berbicara dengan baik atau memang
pikiran Anda masuk kategori lambat seperti saya yang membuat kesulitan dalam
berkomunikasi. Cukup dengarkan saja lawan bicara Anda ngobrol. Jadilah
pendengar yang baik dan sedikit-sedikit latihlah untuk menangkap inti dari yang
lawan bicara Anda katakan.
Akhiri pembicaraan/komunikasi dengan orang lain
yang sudah anda kenal dengan salam yang sopan dan santun. Salam penutup
biasanya akan memberikan kesan yang positif bagi lawan bicara anda, sehingga
tidak tertutup kemungkinan akan ada lagi pertemuan-pertemuan berikutnya.
Salah satu cara terbaik untuk segera berhubungan
dengan orang adalah dengan menjadi jujur dan memberitahu mereka mengapa anda
menyukai atau mengagumi mereka. Jika menyatakan secara langsung dirasakan
kurang tepat, cobalah dengan pernyataan tidak langsung. Kedua pendekatan
tersebut bisa sama-sama efektif.
Jangan terlalu berfokus pada apa yang akan Anda katakan
selanjutnya selagi mereka berbicara. Sebaliknya, dengarkan setiap kata yang
mereka katakan dan responlah serelevan mungkin. Hal ini menunjukkan bahwa anda
benar-benar mendengarkan apa yang mereka katakan dan anda sepenuhnya terlibat
di dalam suasana bersama dengan mereka. Juga pastikan untuk bertanya setiap kali
ada sesuatu yang tidak mengerti pada hal-hal yang mereka katakan. Anda tentu
saja ingin menghindari semua penyimpangan yang mungkin terjadi dalam komunikasi
jika anda ingin mengembangkan hubungan yang sepenuhnya dengan orang tersebut.
Bila Anda kurang mengerti dengan maksud lawan
bicara Anda, tanyalah. Lebih baik bertanya daripada salah paham. Bertanya
bertujuan untuk memastikan bahwa Anda sepaham dengan lawan bicara Anda.
Saya mengambil contoh ketika saya sedang mengikuti
pelatihan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Institut.
Dalam pelatihan ini, awalnya dimulai dengan Taaruf selama tiga hari. Dari
keadaan Taaruf ini, masih banyak para Bakal Calon Anggota (Bacang) yang belum
mengenali satu sama lain. Ini masih bisa dimaklumi karena kita diberi waktu
selama tiga hari dan para bakal calon anggota berjumlah lumayan banyak, yakni
sekitar 50 orang.
Di sini, kami dilatih mengenal satu sama lainnya. Puncaknya
adalah saat terjadinya tahap wawancara. Di tahap ini, kami semakin mengenal
satu sama lainnya. Ini terjadi karena kami memiliki waktu yang panjang karena
menunggu giliran diwawancara oleh senior-senior LPM.
Di tahap wawancara, saya sebagai penulis merasa sedih
karena banyak teman-teman yang gugur di tahap ini. Tetapi di sisi lain, saya senang
karena banyak anggota yang terlihat memiliki loyalitas terhadap apa yang
dipilihnya. Para Bacang yang tersisa ini terlihat antusias, walaupun waktu
masih panjang untuk menjadi bagian dari LPM Institut.
Setelah wawancara, para peserta mengikuti Training Pers
Institut (TPI). Di tahap ini, para bacang membutuhkan waktu selama satu bulan.
Nah di TPI ini, mereka sudah saling mengenal satu sama lain. Sehingga
komunikasi yang dibangun berjalan lebih baik dari sebelumnya.
Tetapi, masih ada saja diantara kami yang melanggar
komunikasi yang baik. Salah satu contohnya adalah ketika melakukan jarkom. Para
peserta TPI ini masih terlihat sifat individualis, tidak peduli dengan para
bacang lainnya. Ini dikarenakan kebijakan tatib yang memang terasa berat.
Kebijakan yang berat inilah pada akhirnya menyebabkan mereka menjadi lebih
sibuk dan masih melupakan temannya yang lain.
Ini terlihat pada pertemuan terakhir, yakni Selasa, 14
April 2015. Pada hari itu, ada anggota Bacang yang telat hadir karena kesalahan
komunikasi. Teman-teman bacang yang lain tidak memberitahu mereka dimana lokasi
untuk memulai TPI. Peserta yang telat ini mencari keberadaan peserta yang lain
sehingga terbuanglah waktu mereka dan melanggar tata tertib yang seharusnya
tidak boleh telat dalam kehadiran.
Kejadian ini sangat memukul, terutama saya sendiri sebagai
penulis. Seharusnya para peserta yang lainnya meningkatkan komunikasi mereka.
Saya sendiri heran karena tidak adanya berita yang memberitahu peserta yang
telat ini. Mereka menyebarkan jarkoman hanya melalui Whatsapp, itu juga hanya
sebatas grup. Padahal tidak semua para peserta TPI mempunyai Whatsapp. Kalaupun
punya, pasti ada yang tidak menyalakan paket datanya sehingga pesan Whatsapp
tidak masuk ke handphone mereka.
Saya pun belajar dari masalah ini, yakni masalah
komunikasi. Saya akui kami para bacang masih belum menghabiskan waktu bersama.
Entah karena tugas kuliah, tugas dari TPI, atau tugas-tugas dari yang lainnya.
Hal ini wajar, karena saya sendiri beranggapan bahwa kami belum terbiasa dalam
membagi waktu. Seharusnya, kami lebih banyak menghabiskan waktu bersama agar
lebih mengenal satu sama lainnya.
0 Comments