Lagi, mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta menggelar aksi menolak sistem baru pengelolaan parkir.
Aksi kali ini, dilakukan oleh beberapa mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan
Mahasiswa Indonesia (GMI), Jumat (4/3). Sehari sebelumnya, juga ada aksi serupa
dari Gerakan Pemuda Patriotik Indonesia (GPPI).
Menurut Ketua GMI, Ahmad Bahroin, adanya aksi ini merupakan
salah satu bentuk ketidaksetujuan mahasiswa dengan kenaikkan tarif parkir baru
yang akan diterapkan April mendatang. Tak hanya itu, ia pun menargetkan dapat
mengumpulkan seribu tanda tangan beserta foto mahasiswa yang kemudian
diserahkan ke rektorat. “Kebijakan rektor dalam kenaikan tarif parkir adalah
bullshit,” ketusnya, Jumat (4/3).
Pria yang akrab disapa Boim ini mengatakan, keuntungan dari
tarif baru parkir di UIN Jakarta hanyalah investasi rektorat semata. Apalagi
UIN Jakarta yang notabene perguruan tinggi negeri dinilai keliru karena
bekerjasama dengan pihak swasta yakni Gerbang Berkah (GB) Parking. Ia berharap,
mahasiswa mestinya sadar dan kritis mengenai apapun kebijakan kampus.
“Jika mahasiswa apatis, maka tak ubahnya seperti sapi perah
yang tiap hari diperas oleh peternak. Bedanya, sapi perah diambil susunya,
mahasiswa diambil uangnya,” jelas Mahasiswa Fakultas Ushuluddin ini.
Senada dengan Boim, salah satu Mahasiswa Fakultas Adab dan
Humaniora, Muhammad Nur Azami menyayangkan kebijakan ini. Ia merasa, rektorat
tidak serius dalam menangani masalah parkiran UIN. “Seharusnya sistem
pengelolaan parkir yang dibenahi, bukan membangun gedung parkir dan membuat
tarif baru,” keluhnya.
Ia menambahkan, menyerahkan pengelolaan parkir kepada pihak
swasta dan menaikkan tarif parkir bukanlah solusi dari buruknya pengelolaan
parkir UIN Jakarta. Semestinya, fasilitas yang disediakan kampus bertujuan
untuk menyejahterakan mahasiswa. Namun kenyataanya, mahasiswa malah membayar
fasilitas yang seharusnya diterima mahasiswa secara gratis.
Menanggapi aksi tersebut, Wakil Rektor bidang Kemahasiswaan,
Yusran Razak mengapresiasi aksi GMI. Ia menyatakan, mahasiswa boleh melakukan
aksi karena ini bentuk kebebasan berpendapat. Namun, ia berpesan agar tindakan
ini tidak menjurus ke perbuatan anarki. “Apabila teman-teman mahasiswa mau
berdialog, saya terima,” katanya.
*Tulisan ini juga dimuat di Website LPM Institut UIN Jakarta
0 Comments