Kebersamaan
adalah suatu hal yang dilakukan oleh seorang manusia dengan manusia yang lain
untuk mencapai tujuan tertentu. Ini merupakan hal yang lumrah dilakukan sebagai
makhluk sosial. Kebersamaan memiliki makna sebuah ikatan yang terbentuk karena
rasa kekeluargaan/persaudaraan dalam suatu komunitas atau kelompok yang lebih
dari sekedar bekerja sama.
Berbeda
dengan bekerja sama, kebersamaan lebih berarti dikarenakan dalam mencapai
tujuan tertentu setiap orang harus memiliki tenggang rasa. Biasanya dalam
kebersamaan terbentuklah suatu komunitas yang bahkan lebih dari sekedar
sahabat. Jika sahabat hanya membentuk sebuah komunitas atau yang biasa disebut
“genk”, kebersamaan membentuk sebuah keluarga.
Dalam
kebersamaan sendiri, terdapat beberapa unsur yang harus diciptakan dan dijaga.
Unsur yang pertama ialah satu visi dan misi. Karena dalam sebuah organisasi,
visi dan misi harus sama dan selaras sehingga terbentuklah sebuah keluarga yang
harmonis. Jika berbeda, maka timbullah berbagai perpecahan yang akan
mengakibatkan hancurnya tujuan dari sebuah organisasi.
Unsur
yang kedua adalah tidak egois. Egois merupakan sikap yang harus dihindari dalam
sebuah organisasi. Karena sifat egois adalah sifat yang individualis, yaitu
sikap yang lebih kepada kepentingan sendiri. Organisasi merupakan lembaga yang
terdiri dari beberapa individu. Sehingga tujuan antara individu satu sama lain
tidaklah sama.
Lalu
ada kerendahan hati, kerendahan hati disini maksudnya adalah sebagai makhluk
individu kita harus rendah hati kepada sesama. Jika ada salah satu anggota yang
belum bisa melaksanakan tugas, seharusnya dibantu oleh yang bisa. Jangan
berbuat sombong, karena diatas langit masih ada langit.
Yang
terakhir adalah sifat rela berkorban. Sebagai anggota organisasi, rela
berkorban merupakan sifat yang harus di tanamkan dalam individu masing-masing.
Misalnya jika ada salah satu anggota yang tidak bisa mengahadiri acara, maka
anggota yang lainnya harus siap menggantikan. Karena sebagai sebuah organisasi,
para anggota haruslah memiliki sifat yang siap mengisi, bukan membebani orang
yang tidak dapat melengkapi.
Dalam
membentuk sifat kebersamaan, haruslah ditanamkan sejak awal. Misalnya pada saat
perkenalan masing-masing anggota yang akan menjadi bagian dari organisasi. Dari
awal perkenalan, para peserta diharuskan saling mengenal satu sama lain.
Setelah mengenal, saling adanya keterikatan. Ketika sifat keterikatan mulai
muncul, tahap selanjutnya adalah memiliki sifat saling melengkapi.
Disini
saya sebagai penulis akan menceritakan timbulnya pengalaman kebersamaan yang
timbul berdasarkan kajian empiris.
Ketika saya masuk ke kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta, saya belum menemukan teman yang sesuai dengan karakter saya. Saya
masih ragu-ragu dalam memilih teman. Lalu akhirnya saya menemukan beberapa
teman yang sesuai dengan ideologi saya. Ketika perkenalan berjalan satu bulan
sampai dua bulan, barulah saya mencoba beradaptasi dengan mereka.
Setelah
kami saling mengenal satu sama lainnya, kami pun akhirnya sering-sering
melakukan kegiatan bersama. Berawal dari nongkrong bareng, makan bareng, sampai
akhirnya tidur bareng di satu tempat yang sama. Dari kegiatan ini pula kami
saling mengetahui sisi negatif dan positif yang kami miliki. Dibalik itu semua,
akhirnya kami pun saling mengerti dengan sifat manusia yang unik itu.
Kami
saling mengenal, saling melengkapi, bahkan berjuang bersama. Klimaksnya kami
ditunjuk sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), bahkan dalam
organisasi HMJ kami berada dalam divisi yang sama, yakni divisi Litbang
(Penelitian dan Pengembangan). Bahkan beberapa orang sering menanyakan jika
salah satu dari kami tidak hadir maka bisa di katakan tidak lengkap. Disini
kami pun merasa bangga dan tetap mempertahankan kebersamaan kami.
Setelah
berjalan satu semester, kampus UIN pun libur. Disini saya merasa amat
kehilangan dengan teman saya itu. Bagaimana tidak, kami libur selama 2 bulan,
dan disaat liburan kami mempunyai aktivitas masing-masing. Bahkan selama liburan,
kami tidak pernah saling berkomunikasi satu sama lain. Walaupun dalam liburan
kami sedang ada rapat HMJ, tetap saja kami tidak puas dikarenakan rapat hanya
sebentar.
Ketika
liburan selesai, kami akhirnya bisa lagi berkumpul bersama. Kami saling menceritakan
bagaimana kegiatan liburan yang kami jalani. Seperti biasa ketika kumpul
bersama, kami saling mengejek. Mengejek disini bukan berarti memaki, tetapi
dalam rangka bercanda. Karena bagaimanapun, dengan mengejek satu sama lain
dapat mempererat hubungan kami.
Di
sini kami mencoba menjugde orang-orang yang pemikirannya agak berbeda dengan
kami. Contohnya seperti orang-orang yang pemikiran Islam-nya kolot. Dimaksud
kolot karena ketika kami berbicara tentang sejarah agama lain, kami dianggap
sebagai orang yang muallaf (baru masuk Islam). Kami pun akhirnya terus-terusan
mentertawakan pemikiran mereka.
Tapi
disini kami sadar, secara tidak langsung kami membentuk sebuah genk. Padahal
seharusnya kami tidak boleh seperti itu. Kami harusnya bergabung dengan para
teman-teman yang lain, walaupun berbeda pemikiran dan tujuan. Pada semester
2-lah kamu mulai bermain dengan beberapa orang yang kami anggap pemikirannya
“aneh”. Disitu kami belajar menghargai pendapat orang-orang yang berbeda.
Dari
situlah saya belajar arti penting kebersamaan. Di balik kepentingan individu,
saya juga memerlukan kepentingan kelompok. Karena dari kelompok, saya belajar
tentang penyelesaian masalah yang dilakukan bersama-sama. Dari kelompok juga
saya belajar menghargai pendapat yang berbeda. Saya belajar dari kelompok, dan
pada akhirnya karakter saya akan terbentuk sebagai makhluk sosial suatu saat
nanti.
0 Comments