Perkembangan zaman, teknologi, dan gaya hidup ternyata mempengaruhi kemampuan generasi milennial untuk memiliki hunian. Banyak pakar memperkirakan bahwa millennial akan mengalami kesulitan dalam memiliki hunian. Ini disebabkan karena peningkatan harga tanah, hunian, serta gaya hidup milenial yang cenderung lebih konsumtif.
Prita Ghozie selaku CEO & Financial Planner ZAP Finance mengatakan, gaya hidup milennial saat ini sangat berbeda dengan Generasi X dan baby boomers. Hal ini dikarenakan saat ini kebutuhan tersier sudah bervariasi dibandingkan pada tahun sebelumnya.
“Sekarang kan serba digital. Mereka pun memerlukan budget untuk barang-barang seperti laptop atau gadget, dalam menyokong kehidupan sehari-hari,” jelas Prita di Konferensi Pers Peresmian Tower B Apartemen Emerald Bintaro, Kamis (17/10).
Menurut Prita, milennial saat ini tidak memiliki tujuan hidup yang jelas. Mereka lebih banyak terjebak dengan hiburan ataupun kebutuhan semu. Padahal, mereka perlu memerlukan sebuah tujuan akhir, seperti karir, keluarga, ataupun humian. Dari sana, Prita menganggap bahwa milenial bisa tau kebutuhan mana yang harus diprioritaskan.
Perwakilan milenial yang juga Youtuber, Selebgram, hingga Entrepreneur, Arief Muhammad mengakui bahwa ia sendiri pun banyak mengeluarkan budget demi kebutuhan yang bukan prioritas. Ia mencontohkan, nongkrong menjadi aktivitas yang seringkali Arief lakukan saat bersama teman-temannya.
“Jadi kadang yang saya perhatikan, ada rancu di prioritas generasi milennial dalam menyimpan uang. Alhasil, banyak dari mereka yang belum mulai cicil hunian sendiri, padahal tiap hari nongkrong,” ujar Arief saat ditemui di acara yang sama.
Untuk itulah, Prita memberikan beberapa tips kepada milenial untuk mengatur keuangannya. Pertama, pilihlah aset investasi sesuai kemampuan, dan lakukan komitmen yang jelas. Prita mencontohkan tindakan seperti jajan harian di kantor mestilah dikurangi.
Selain itu, Prita pun menyarankan agar milenial bisa komitmen untuk membagi keuangan yang ideal. Pembagian tersebut terbagi ke dalam tujuh pos keuangan, yakni untuk Zakat 5%, dana darurat 5%, asuransi 5%, biaya bulanan dan cicilan 60%, nabung pembelian besar 5%, investasi masa depan 10%, serta gaya hidup dan hiburan 10%.
“Keputusan membeli hunian idealnya adalah ketika jumlah tabungan sudah bisa mencukupi nilai Down Payment atau DP. Namun, saat ini banyak kemudahan yang sudah diberikan oleh kerjasama pemerintah, bank dan properti yakni dengan memberikan keringanan pembayaran DP rendah dengan pembayaran berkala”, tambahnya.
Selain itu, Prita menyebutkan bahwa apabila milenial ingin memiliki rumah, maka ada beberapa hal yang mesti direncanakan. Hal itu yakni kemampuan finansial, memilih fasilitas pinjaman perumahan yang sesuai, dan melakukan simulasi perhitungan.
“Misal, jika harga properti Rp 350 juta, maka sebaiknya dipersiapkan DP minimal 20% yaitu Rp 70 juta. Jika KPA 9% selama 20 tahun, maka cicilan sekitar Rp 2,4 juta. Ini terjangkau untuk milenial yang berpenghasilan Rp 9juta per bulan,” jelas Prita.
*Artikel ini telah tayang di Airmagz
0 Comments