11 September 2019 lalu, Presiden Ketiga Republik Indonesia, BJ Habibie meninggal dunia. Semasa hidupnya, Habibie menjadi inspirasi bagi sebagian orang, tak terkecuali Jimly Asshiddiqie.
Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) ini bercerita, sebelum ICMI berdiri pada tahun 1990-an, Habibie hanya dipandang sebagai Tokoh Teknologi Indonesia. Banyak masyarakat yang tak paham kalau Habibie ternyata juga berjasa bagi umat Islam di Indonesia.
“Sebelum ICMI berdiri dan Habibie belum jadi ketua pertama, saya sudah kenal dekat dengan beliau. Saat itu, Indonesia belum punya Bank Syariah. Sewaktu ide ini muncul, hanya dua menteri yang mendukung adanya ide ini. Salah satunya ya Habibie,” kenang Jimly dalam acara In Memoriam BJ Habibie di Habibie Festival, JI-Expo Kemayoran, Jakarta, Sabtu (19/10).
Jimly menjelaskan, hal inilah yang menjadi momen pertama kali Habibie kenalan dengan Islam.
Ia melanjutkan, Islam sendiri belum memiliki Tokoh Teknologi yang terkemuka di dunia. Habibie menjadi Tokoh Islam sekaligus Tokoh Teknologi yang berpengaruh tak hanya di Indonesia, tapi juga dunia. 
Pernah suatu hari saat Jimly berkunjung ke luar negeri, Habibie pun cukup dikenal oleh masyarakat luar negeri. Ia mencontohkan, di Maroko ada dua tokoh Indonesia yang ternyata terkenal, tokoh pertama adalah Soekarno, sedangkan kedua adalah BJ Habibie. 
Selain Maroko, Habibie juga terkenal di mata masyarakat Turki. Jimly menyebut, banyak anak-anak muda yang ternyata pernah meneriaki “Hidup Habibie!” saat ia berkunjung ke sana. 
“Jika anak-anak muda di Indonesia mengidolakan Erdogan sebagai Tokoh Turki, maka kalangan muda Turki mengidolakan Habibie sebagai idola mereka,” cetus Jimly.
Ia menambahkan, peran Habibie dalam kemajuan teknologi di Indonesia dimulai pada tahun 1970-an. Dalam pidatonya, Habibie selalu mencetuskan kata teknologi disatukan dengan ilmu pengetahuan.
Padahal, lanjut Jimly, banyak tokoh intelek Indonesia yang mengkritik gagasan ini. Sebab, mereka hanyak memahami bahwa ilmu pengetahuan tak mesti memerlukan teknologi. 
“Dulu itu banyak dikritik, buat apa sih? Sekarang kan kita bisa lihat, akronim Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) menjadi sebuah kata yang dikenal masyarakat luas,” tuturnya.
Seperti yang diutarakan sebelumnya, perkenalan Habibie dengan Islam tak hanya menjadikan slogan IPTEK dalam setiap pidatonya. Jimly menilai, Habibie juga mengenalkan akronim baru kepadanya, yakni Iman dan Takwa (Imtaq). Kedua kata ini sering digaungkan Habibie saat bertemu Jimly.
Pada detik-detik terakhir sebelum Habibie meninggal, ia pun menyempatkan waktunya untuk menelepon Jimly. Dalam percakapannya dengan Habibie, Jimly bercerita bahwa mereka tengah mendiskusikan masalah yang terjadi di Indonesia. Sebagai tokoh politik, Jimly menganggap bahwa Habibie telah berhasil dalam mereformasi kebijakan politik Indonesia.
Saat menjabat presiden, Jimly menilai Habibie sangat paham dengan ideologi demokrasi. Banyak gebrakan yang telah dibuat Habibie dalam mengubah sistem perpolitikan, seperti kebebasan pers, sistem multi-partai, hingga menjadikan Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai lembaga independen.
“Demonstrasi pun mereda, ekonomi kembali stabil, politik kembali normal. Beliau sangat cinta Indonesia. Jadikanlah ia sebagai guru bagi kita semua,” terang Jimly.
*Artikel ini telah tayang di Airmagz