Sumber: Internet |
Senin, 30 Maret 2015, pihak Kominfo memberitakan telah
diblokirnya situs Islam yang terkait dengan Radikalisme. Ada 22 situs internet
yang diadukan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Menurut
BNPT, situs tersebut dilaporkan berdasarkan surat No. 149/K.BNPT/3/2015 tentang
situs radikal ke dalam sistem filtering Kominfo. Berikut adalah daftar situs
yang diblokir, yakni arrahmah.com, voa-islam.com,
ghur4ba.blogspot.com, panjimas.com, thoriquna.com, dakwatuna.com,
kafilahmujahid.com, an-najah.net, muslimdaily.net, hidayatullah.com,
salam-online.com, aqlislamiccenter.com, kiblat.net, dakwahmedia.com,
muqawamah.com, lasdipo.com, gemaislam.com, eramuslim.com, daulahislam.com,
shotussalam.com, azzamedia.com, indonesiasupportislamicstate.blogspot.com.
Walaupun sudah dinyatakan blokir, tapi masih ada beberapa
situs yang masih bisa diakses. Menurut BNPT, situs tersebut telah mengajak
propaganda mengkafirkan orang lain (takfiri), Presiden dikafirkan, pemerintahan
dikafirkan, pemerintahan thogut, pemerintahan syirik. Situs ini juga telah
menyalahgunakan agama Islam sebagai agama kekerasan. Terkait kebijakan ini,
banyak netizen yang menanggapi dari sisi positif maupun sisi negatifnya.
Ketika telah diberitakan terkait pemblokiran situs, dunia
maya dihebohkan dengan tagar #KembalikanMediaIslam. Banyak netizen yang
menyayangkan kebijakan ini, dikarenakan masih banyak situs-situs yang tidak
sesuai dengan budaya Indonesia. Pemblokiran situs ini kemudian dibandingkan di
era Menteri Rudiantara dengan era Menteri Tifatul Sembiring. Pada era Tifatul,
situs porno lebih lebih banyak diblokir dibanding di era Rudiantara.
Penulis sendiri setuju terkait kebijakan pemblokiran situs
radikal. Saya sendiri tidak pernah menyebutkan pemblokiran situs Islam, tetapi
lebih senang menyebut pemblokiran situs benih terorisme. Dimaksud benih
terorisme karena situs ini sudah mempengaruhi orang-orang yang membaca artikel
yang bersumber dari sini. Situs ini juga menyebabkan kebencian terhadap agama
lain, bahkan untuk agama Islam sendiri.
Lagipula, situs ini kebanyakan telah di pegang oleh
anak-anak muda yang belum paham mengenai Islam sendiri. Para pengelola tersebut
bahkan orang-orang yang berpikiran untuk mendirikan negara Islam. Situs ini
kurang lebih hampir sama dengan pemikiran orang-orang Islamic State of Iraq and
Syria (ISIS). Bedanya, ISIS bergerak melalui jalan perang, sedangkan situs
radikal ini melalui jalan pemikiran.
Penulis sendiri menyarankan untuk jangan membuka situs yang
sudah dicap oleh pemerintah sebagai situs yang radikal. Lebih baik belajar
melalui pesantren, belajar dengan ulama-ulama di pesantren. Ini lebih baik
dilakukan, karena para pelajar dapat mengetahui Islam secara utuh. Belajarlah memahami
Islam itu sendiri, jangan langsung menyatakan kafir terhadap agama lain. Karena
sifat takfiri ini dapat menimbulkan Islam sebagai agama yang tidak toleran.
0 Comments