Media Massa merupakan salah satu hal yang berpengaruh bagi masyarakat, khususnya di Indonesia. Seperti yang kita tahu, belakangan media ini menceritakan beberapa berita yang cukup kontroversial. Salah satu beritanya adalah tentang situs radikal yang mendapat tindakan pemblokiran oleh pemerintah. Lalu ada dualisme media massa seperti TV ONE dan METRO TV yang merupakan media yang sangat berpengaruh di bidang politik.

Seperti yang kita tahu, media massa seperti METRO TV, TV ONE, arrahmah, voa-islam, hidayatullah, dan beberapa media lainnya merupakan media yang sering diakses oleh sebagian masyarakat Indonesia. Permasalahannya disini adalah sudah sesuaikah media tersebut dengan Kode Etik Jurnalistik? Beberapa media massa kita pun banyak yang melanggar kode etik tersebut. Padahal sebagai media massa, haruslah tahu tentang dasar-dasar dari ilmu Jurnalistik itu sendiri.

Salah satu pasal menyebutkan, bahwa “Wartawan Indonesia bersifat Independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk”. Pasal ini sangat bertentangan dengan beberapa media massa di Indonesia, khususnya saat ini. Media seperti TV ONE dan METRO TV merupakan media yang dimiliki oleh orang-orang politik. Namanya juga politik, selalu ada kepentingan. Inilah salah satu pelanggaran terhadap pasal tersebut.

Lalu ada pasal yang menyebutkan, “Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong fitnah, sadis, dan cabul”. Masih ingatkah kita pada Tabloid Obor Rakyat yang ramai di bicarakan saat pilpres lalu? Saat itu Tabloid Obor Rakyat memfitnah salah satu capres, yang isinya adalah Jokowi antek Cina, Amerika, Partai Komunis Indonesia (PKI) dan beberapa berita bohong lainnya. Ini merupakan suatu hal yang mencoreng etika Jurnalistik.

Sekarang sedang ramai di beritakan tentang pemblokiran situs radikal. Jika dipandang dari kode etik Jurnalistik, ini merupakan sebuah pelanggaran. Pasal 8 berbunyi, “Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa.” Banyak situs radikal tersebut yang selalu mengkafirkan agama lain, bahkan untuk agamanya sendiri. Sangat di sayangkan, apalagi sampai membawa nama agama.


Saya sebagai penulis sangat menyayangkan beberapa media yang melanggar etika Jurnalistik diatas. Sebagai pembaca, haruslah kita memahami berita secara utuh dan jelas. Jangan sampai kita ikut ter-provokasi terkait isi berita tersebut. Selektif-lah dalam memilih sumber berita. Jadi, tetap semangat membaca ya!