Joko Widodo atau yang akrab dipanggil dengan nama Jokowi, adalah presiden ke-tujuh Republik Indonesia. Dia dilantik dengan waklinya (Jusuf Kalla) beberapa bulan lalu. Beberapa orang menganggap Jokowi adalah Satria Piningit, seperti yang telah diramalkan oleh ramalan Jayabaya. Pengalaman politik Jokowi sendiri pun sudah malang melintang, yang pertama yaitu menjadi Walikota Solo, lalu menjadi Gubernur DKI Jakarta bersama Ahok (Basuki Tjahja Purnama), hingga sekarang menjadi Presiden Republik Indonesia.  Dimasa pemerintahan Jokowi-JK, sudah banyak kebijakan yang menjadi pusat perhatian Rakyat Indonesia. Kebijakan positif dan negatif Jokowi sudah banyak menjadi sorotan di media massa, baik pendukung maupun haters-nya. Disini penulis akan fokus membahas beberapa kebijakan blunder yang dilakukan di masa pemerintahan Jokowi.

Belum lama ini, media massa hangat membicarakan naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Kenaikan tersebut berkisar 400 rupiah, yang semula Rp. 6500 menjadi Rp. 6.900. Fenomena kenaikan ini disebabkan oleh melemahnya mata uang Rupiah. Kita tahu bahwa harga minyak dunia saat ini mengalami penurunan, tetapi di Indonesia harga minyak mengalami kenaikan. Banyak orang menganggap hal ini aneh, dan fenomena ini sangat ramai menjadi pembicaraan publik. Penulis sendiri menanggapi hal ini sebagai hal yang biasa, dari awal kebijakan Jokowi tentang BBM ini adalah mengikuti perkembangan harga pasar. Walaupun harga minyak dunia turun, tetapi rupiah saat ini mengalami pelemahan. Mengapa saya bilang blunder, ini dikarenakan dari awal kebijakan Jokowi menaikkan harga BBM dari Rp. 6.500 menjadi Rp. 8.500 cukup fatal. Akibat dari kenaikan BBM ini harga-harga pun naik. Lalu ia mengambil kebijakan untuk mengikuti harga pasar. Ini yang menjadi masalah, dikarenakan harga sudah terlanjur naik, tetapi BBM malah turun. Banyak orang mengatakan Jokowi adalah orang yang tidak konsisten dalam mengambil keputusan. Ini merupakan resiko yang harus diterima oleh Presiden Jokowi.

Selain kenaikan harga BBM, yang kita tahu belum lama ini adalah kejadian Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan Polri. Banyak orang yang menyanyangkan karena kejadian ini terulang kembali, yang sebelumnya pernah terjadi di masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Peperangan ini diawali ketika partai pemenang (PDIP, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) mengusulkan nama calon Kapolri adalah Budi Gunawan (BG). Lalu KPK menolak keputusan ini, dikarenakan oleh rekening gendut yang menjadi rapor merah BG. Pihak Polri sendiri lalu menanggapi keputusan KPK dengan melakukan penculikan terhadap Bambang Widjojanto (BW) dan melakukan intimidasi terhadap pemimpin KPK saat itu (Abraham Samad). Karena kejadian ini, Jokowi mengambil tindakan untuk membatalkan pelantikan BG dan melakukan penangkapan BW dan AS dengan alasan menghormati hukum. Disini Penulis melihat blunder terkait keputusan kontroversial Jokowi. Karena keputusan Jokowi tersebut, banyak pihak dari Partainya sendiri (PDIP) menentang tindakan tersebut. Jokowi sendiri pun terlihat terpojok, dikarenakan musuhnya saat ini menjadi semakin banyak. Permusuhannya dengan pihak Koalisi Merah Putih (KMP) saja belum selesai, lalu ditambah dengan permusuhannya dengan PDIP. Akibatnya Jokowi mengalami krisis kepercayaan oleh orang-orang terdekatnya yang seharusnya menjadi penopang kebijakan Jokowi. Seharusnya kebijakan yang Ia pilih adalah dengan tetap melantik BG selama kurang lebih satu tahun, walaupun kontroversi tetapi ini lebih baik dibanding tidak melantik BG. Pihak BG sendiri pun sudah dibuat malu, dan pihak Polri semakin keras menentang kebijakan Jokowi dikarenakan pemimpinnya tidak dilantik. Akibatnya banyak kejahatan yang terjadi, seperti kasus pembegalan yang membuat masyarakat Indonesia resah dengan fenomena ini


Itulah beberapa keputusan blunder di masa pemerintahan Jokowi-JK. Masih banyak fenomena yang akan mengguncang pemerintahan di beberapa bulan mendatang. Saya sendiri berharap Jokowi kuat menjalani kehidupan politik yang keras ini. Sekitar 47% rakyat Indonesia banyak yang menjadi haters dia, ditambah beberapa orang yang murtad. Saya berharap dengan kejadian ini, masyarakat Indonesia jadi “melek politik”. Tetapi harus dengan pandangan yang objektif, jangan subyektif. Tetap semangat Pres!