Tugas manusia adalah memanusiakan manusia. Belajar peduli
kiat menjadi solusi.
Berawal dari perbincangan santai di Kedai Sahabat Kopi,
Muhammad Wahyu Azhari dan keenam temannya tengah membahas permasalahan sosial
yang ada di masyarakat, terutama yang tinggal di daerah terpencil. Kemudian,
mereka pun berencana untuk mendirikan suatu perkumpulan dengan tujuan
pengabdian. Dari sanalah,ketujuh mahasiswa ini mendirikan Komunitas Untuk
Negeri (KUN) yang berfokus di bidang sosial dan pendidikan.
Wahyu bercerita, masalah kesenjangan sosial di masyarakat
tak bisa dilakukan secara sepihak. Problematika tersebut membutuhkan kerjasama
antar elemen, seperti mahasiswa, masyarakat umum, dan pemerintah. Ia juga
menilai pengabdian mahasiswa saat kuliah kerja nyata di pedesaan dirasa belum
efektif. “Dari sinilah KUN resmi berdiri, tepat pada 13 Februari 2015 lalu,”
kenang mahasiswa yang menjabat sebagai Ketua KUN periode 2016 ini, Minggu
(7/5).
Untuk tahun ini, KUN tengah menjalankan empat program kerja
(proker), yakni Cukurin, Berbagi Jus, Senyum Lebak, dan Banten Mengajar.
Cukurin merupakan proker KUN memangkas rambut anak-anak di panti asuhan Yayasan
Amal Wanita, Ciputat. Dalam pelaksanannya, relawan yang memiliki kemampuan
memotong rambut sangatlah berperan.
Selanjutnya, Berbagi Jus merupakan kegiatan mengajar
sekaligus sharing ke penghuni Kampung Pemulung yang bertempat di belakang Pom
Bensin Ciputat. Setelahnya, KUN memberi jus secara gratis kepada penghuni
Kampung Pemulung. Kedua proker ini menjadi kegiatan rutin anggota KUN tiap dua
minggu sekali.
Saat ini, KUN lebih menfokuskan diri pada Banten Mengajar.
Bermula dari evaluasi di rapat kerja pengurus KUN 2015, aktivitas yang
dilakukan sebelumnya dinilai masih belum efektif. “Istilahnya sih kick and run,
hanya sekadar menjalankan, setelah itu dibiarkan,” tegas Mahasiswa Pascasarjana
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini.
Sebenarnya, lanjut Wahyu, Banten Mengajar bermaksud untuk
mengisi kekosongan kegiatan mahasiswa saat libur semester. Menurutnya, waktu
luang tersebut lebih baik digunakan untuk hal yang bermanfaat. Alhasil, Banten
Mengajar dilakukan selagi mahasiswa liburan dan dilaksanakan selama tiga tahun
berturut-turut. Dalam pelaksanaanya, Banten Mengajar dibagi menjadi enam sesi.
Sesi pertama dimulai saat Februari 2016 lalu. Saat itu, relawan KUN melakukan survei ke Desa
Kutakarang I, II, dan III, Kecamatan Cibitung, Banten. Ketiganya dipilih karena
masalah pendidikan di sana masih kurang. “Penduduk desanya cenderung memilih
menikah usia dini yakni setelah lulus Sekolah Dasar,” kata Wahyu.
Selain pola pikir penduduk, ia juga menyayangkan sarana
prasana di desa tersebut yang masih buruk, jika dilihat dari jalan utama yang
masih belum juga diaspal. Masalah semakin runyam saat hujan mulai membasahi
desa itu. Akibatnya, jalan menjadi becek dan sulit dilewati kendaraan.
Guna melancarkan kegiatannya, KUN mencari donasi selama
seminggu sekali. Sumbangan tersebut didapat melalui kegiatan semisal Car Free
Day di sekitar Bundaran Hotel Indonesia dan kerjasama dengan beberapa Lembaga
Swadaya Masyarakat, semacam Filantropi Pendidikan, Turun Tangan Tangerang Raya,
juga Sekolah Guru Indonesia. Dari kerjasama tersebut, KUN mendapat bantuan
berupa dana, buku, serta relawan pengajar.
Hingga saat ini, KUN memiliki relawan sebanyak 500 orang.
Relawan tersebut menyebar di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi,
(Jabodetabek), Medan, dan Palembang. Wahyu menyebut, relawan ini juga tak hanya
dari mahasiswa saja, tetapi ada juga yang sudah bekerja.
Sementara itu, pengurus KUN sendiri berjumlah sekitar 30
orang. Ia menjelaskan, persyaratan menjadi struktur kepengurusan harus
mengikuti beberapa kegiatan yang ada di KUN. “Mereka harus tahu visi misi dari
komunitas ini terlebih dahulu,” paparnya.
Salah satu anggota, Rizkika Utami menyebutkan, KUN sangat membantu
dirinya untuk mewadahi minat di bidang sosial dan pendidikan. Selain itu,
komunitas ini juga berjasa dalam meningkatkan kemampuannya di bidang promosi.
“Kami diajari bagaimana cara mengajak orang untuk berdonasi dan membuat orang
tertarik untuk bergabung,” ungkap mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Minggu (7/5).
*Tulisan ini juga dimuat di Website LPM Institut UIN Jakarta
0 Comments