Judul: Islam Liberal : Varian-Varian Liberalisme Islam di
Indonesia 1991-2002
Penulis: Dr. Zuly Qodir
Penerbit: LkiS
Halaman: 310 Halaman
ISBN: 978-979-25-5338-3
Pemikiran Islam selalu bergerak dinamis hingga senantiasa
menarik untuk dikaji. Di Indonesia, terdapat dua paham terkait pemikiran Islam,
yakni fundamentalis dan liberal. Fundamentalis sendiri membicarakan pemahaman
yang kembali ke Al-Quran. Sedangkan liberal itu lebih mengedepankan pemikiran secara
rasional.
Mulanya, Islam liberal hadir di Indonesia karena para
pemikir fundamental memandang kondisi masyarakat saat ini sudah tak relevan
dengan penafsiran Al-Quran. Mereka beranggapan bahwa tafsiran Al-Quran dari
ulama terdahulu harus ditegakkan kembali.
Salah satu bentuk penentangan dari para fundamentalis ialah menolak
penerapan sistem demokrasi di Indonesia mengingat sistem tersebut merupakan
produk Amerika.
Namun, berbeda dengan Nurcholis Madjid. Cendekiawan muslim
satu ini berpandangan bahwa agama dan politik tak bisa disatukan. Oleh
karenanya pada 1970 ia pun mencetuskan sebuah gagasan yang dikenal sekularisme.
Sosok Nurcholis Madjid menjadi tonggak awal perkembangan pemikiran Islam di
Indonesia
Sejak itu, muncul tokoh lain seperti Komaruddin Hidayat,
Azumardi Azra dan Ulil Abshar Abdalla dan beberapa tokoh lainnya. Mereka pun
turut serta memperkaya pemikiran Islam liberal di Indonesia. Mereka membahas
Demokrasi, Wahyu Al-Quran, Pluralisme Agama, dan Keseteraan Gender. Dari sana,
mereka memandang aspek tersebut secara rasional tanpa menolak.
Azyumardi Azra pun beranggapan, islam dan demokrasi memang
tak dapat dipisahkan sebab kandungan nilai keduanya saling berkaitan. Nilai
tersebut yaitu Keadilan, amanah, tanggung jawab, dan menghargai pendapat orang
lain. Terlebih, demokrasi mesti dipahami secara mendalam, tanpa harus mengganti
demokrasi dengan sistem bersyariat Islam yakni khilafah.
Untuk itu, Al-quran sebagai pedoman umat Islam sebaiknya
ditafsirkan sesuai dengan kondisi zaman. Mengingat kini penafsiran dari para
ulama terdahulu dirasa sudah tidak relevan lagi. Para liberalis Islam pun
berpandangan bahwa Tuhan telah menurunkan Al-Quran agar dipahami secara kritis
oleh umat manusia.
Buku karya Zuly Qodir ini juga membahas pluralisme agama.
Kehidupan masyarakat yang beragam memerlukan adanya sikap toleransi beragama.
Hal tersebut dibutuhkan agar tidak menimbulkan konflik berkelanjutan antar
agama. Salah satu tokoh pendukung paham ini ialah Ulil Abshar Abdalla.
Ia beranggapan, semua agama itu benar, termasuk pula
Zoroaster (penyembah api). Dengan begitu, masyarakat harusnya bisa mengakui dan
menghargai keberadaan agama lain. Oleh karenanya, sangat tidak patut
membandingkan kebenaran satu agama dengan agama lainnya.
Pemikiran para tokoh Islam liberal, mendapat respon pro dan
kontra di masyarakat. Mereka yang setuju memilih untuk memperkenalkan kepada
masyarakat dengan cara mengadakan diskusi publik dan menyebarkan artikel
terkait Liberalisme Islam. Namun, kalangan yang tidak setuju juga bertindak hal
serupa. Tetapi, pembahasan yang mereka lakukan berbeda, seperti bertukar
pemikiran dengan mengundang tokoh Islam liberal.
Buku berhalaman 310 ini banyak membahas tentang pemikiran
Islam liberal di Indonesia medio 1991-2002. Pengalaman Zuly Qodir dalam
menelaah pemikiran para tokoh dan organisasi Islam Liberal berhasil dituangkan
dalam karya ini. Pembaca pun dapat menjadikan hasil analisanya sebagai rujukan
dalam memahami Islam liberal secara mendetail.
*Tulisan ini dimuat di Website LPM Institut UIN Jakarta
0 Comments