Sumber: Theglobalshuffle
Sudah tak asing apabila penikmat Film Bollywood kedapatan adegan para artis yang berkumpul sambil menari dan menyanyi. Dalam pertunjukan itu, terkadang mereka turut melemparkan air dan serbuk warna untuk memeriahkan suasana. Namun tahukah kamu bahwa adegan tersebut terinspirasi dari sebuah tradisi kuno di India? Ya, pelemparan serbuk warna ini diambil dari sebuah upacara adat bernama Festival Holi.

Nama Holi sendiri berasal dari kata Holika, simbol roh jahat dalam ajaran Hindu. Tradisi ini bisa diartikan sebagai simbol kebebasan dalam diri sendiri. Dalam perayaannya, Festival Holi dilaksanakan ketika berakhirnya musim dingin dan beralih ke musim semi. Holi dilakukan pada bulan Maret dan berbarengan ketika bulan memasuki masa purnama.

Untuk pelaksanaannya, ada beberapa tahapan dalam mengikuti Festival Holi. Beberapa hari sebelum dimulai, orang-orang akan mengumpulkan kayu dan berbagai barang lain untuk dijadikan bahan bakar pembuatan api unggun. Bahan-bahan itu kemudian dikumpulkan dalam sebuah tumpukan kayu yang berada di koloni, pusat komunitas, taman, dan berbagai tempat terbuka lainnya. Di atas tumpukan itu kemudian diletakkan patung Holika yang nantinya dibakar.

Hari pertama, para peserta akan berkumpul di tumpukan kayu yang berlangsung setelah matahari terbenam. Setelah itu, mereka kemudian melantukan berbagai doa kepada sang pencipta. Pasca-berdoa, orang-orang ini barulah menyalakan api unggun sekaligus bernyanyi dan menari di sekelilingnya. Adegan ini dimaksudkan untuk melambangkan kebaikan selalu menang dari keburukan.

Esoknya, para peserta barulah melakukan pelemparan air dan serbuk warna kepada sesama peserta lainnya. Bahkan, anak-anak bisa melakukan kepada para orang tua. Perempuan pun boleh melakukan hal yang sama, begitu juga sebaliknya. Dalam kegiatan ini, sistem kasta dan sekat yang menjadi sistem sosial masyarakat India seolah hilang dan terlupakan untuk sementara.

Setelah puas bermain air dan serbuk warna, mereka semua kembali ke rumah masing-masing untuk membersihkan diri. Pada malam harinya, para peserta kemudian saling berkunjung ke kediaman para keluarga maupun kerabat untuk menghabiskan waktu bersama.

Sumber: Pinterest
Awal Mula
Festival Holi sendiri tentu punya sejarah panjang. Sesuai namanya, Holika, adalah simbol roh jahat yang juga merupakan saudari dari Raja Hiranyakashayap. Bersama Holika, Hiranyakashayap meyakini bahwa dia merupakan seorang penguasa dunia dan lebih tinggi dari dewa-dewa lain dalam ajaran India. Bahkan, ia menginginkan semua orang di kerajaannya untuk menyembah dirinya sendiri dan mengubah ajaran sebelumnya yang telah dianut.

Akan tetapi, perintah Raja Hiranyakashayap ditentang oleh putranya sendiri yang bernama Prahlada. Prahlada tetap memilih untuk menyembah Dewa Wisnu, sesuai ajaran agama yang ia percayai. Mendengar putranya membantah, Raja Hiranyakashayap pun berang dan merencanakan untuk membunuh Prahlada. Aksi yang dilakukan oleh raja ternyata tak membuahkan hasil.

Kemudian, raja pun meminta bantuan kepada saudarinya yang bernama Holika. Saat itu, mereka merencanakan untuk membunuh Prahlada dengan cara duduk bersama di atas tumpukan kayu yang berisi api. Ini disebabkan karena Holika memiliki kemampuan khusus, yakni kebal terhadap panasnya bara api. Kemampuan ini terdapat dalam kain sakti yang dimiliki Holika.

Setelah dilaksanakan, ternyata keadaan tidak berjalan sesuai rencana. Prahlad diselamatkan oleh Dewa Wishnu dan Holika tewas terbakar dalam bara api. Ternyata, kekebalan Holika sendiri berlaku ketika ia melakukannya secara sendiri. Kekalahan Holika kemudian membuat Prahlad untuk segera membunuh sang ayah. Dari sinilah, Prahlad berhasil menjadi raja dan menyebarkan ajaran kebaikan dari Dewa Wishnu kepada rakyatnya.

Selain kisah pembakaran, pelemparan air dan serbuk warna yang dilakukan para peserta juga memiliki sejarah. Tradisi ini diyakini bermula dari mitologi kisah cinta antara Krishna dan Radha. Krishna sendiri merupakan Dewa dalam ajaran Hindu yang memiliki warna kulit berwarna biru tua yang didapati sejak lahir. Warna kulit ini disebabkan karena ia meminum ASI beracun dari Iblis bernama Putana.

Saat memasuki masa muda, Krishna seringkali merasa minder dengan kondisi warna kulitnya. Ia mengeluh kepada ibunya apakah Radha dan wanita lain yang berwarna kulit terang menyukainya. Dari sana, ibunya pun meminta Radha agar menemani Krishan dengan cara mewarnai wajahnya sesuai dengan warna pilihan Radha sendiri. Sejak itulah, kisah cinta antara Krishna dan Radha dijadikan tradisi perayaan Festival Holi.

Festival Holi di Berbagai Daerah
Dalam perayaannya, Festival Holi dilakukan dengan cara berbeda di setiap daerahnya. Di Benggala Barat misalnya, orang-orang melaksanakan Festival Holi dengan menyanyi dan menari. Di India Selatan, mereka memuja-muji sang Dewa Cinta. Untuk di Uttarakhand, mereka melakukan perayaan dengan cara menyanyikan ragas klasik. Sedangkan di Bihar, para peserta membersihkan rumah masing-masing sebelum merayakan festival tersebut.

Jika para turis ingin merasakan pengalaman terbaik dalam perayaan Festival Holi, maka silakan datang ke Uttar Pradesh. Selain itu, wisatawan juga bisa mengunjungi beberapa daerah yang identik dengan Dewa Krishna seperti Braj, Mathura, Vrindavan, Barsana, dan Nandagon. Tempat-tempat ini sangat direkomendasikan selama perayaan karena selalu ramai dikunjungi wisatawan. Selain itu, para pengunjung juga bisa menikmati acara dengan menyanyi dan menari bersama para peserta festival.

*Artikel ini telah tayang di Majalah Airmagz edisi Oktober 2019