Sumber: Tudelft
Desain badan pesawat yang seringkali umum dilihat masyarakat banyak yakni memiliki bentuk kapsul. Namun, bagaimana jika desain pesawat terinsipirasi dari bentuk gitar? Bagaimanakah penempatan kursi untuk penumpang?

Juni lalu, Maskapai asal Belanda Koninklijke Luchtvaart Maatschappij—atau yang biasa dikenal KLM—baru saja mengumumkan desain pesawat terbarunya. Dilansir dari CNN, mereka mengenalkan kepada publik tentang sebuah konsep pesawat jet dengan desain sayapnya yang berbentuk huruf V. Pesawat anyar ini pun diperkenalkan dengan nama Flying-V.

Dalam desainnya, Flying-V sendiri memiliki dua perpaduan warna, yaitu biru muda dan putih. Ekor sayap yang berbentuk huruf V ini memiliki ujung yang melancip ke atas. Sedangkan untuk penempatan mesin turbofan, Flying-V meletakannya keduanya di bagian belakang sayap dengan posisi menjorok ke atas.

Inovasi KLM sendiri bukan tanpa alasan. Mereka mendapatkan ide huruf V sendiri terinspirasi dari bentuk Gitar Gibson. Gibson sendiri merupakan sebuah gitar listrik yang berbentuk seperti V dan biasa dimainkan oleh para musisi terkemuka, seperti Jimi Hendrix, Brian May, hingga Eddie Van Halen.

Awal mula terbentuknya ide untuk desain ini berasal dari mahasiswa asal Universitas Teknik Berlin, Jerman, bernama Justus Benad. Ide ini kemudian dikembangkan oleh para peneliti asal Universitas Teknologi Delft asal Belanda, yang juga dikenal dengan TU Delft. Maskapai KLM sendiri berperan sebagai pemasok dana utama untuk proyek Flying-V ini.

Ukuran pesawat jet Flying-V sendiri memiliki lebar sebesar 65 meter. Sayapnya yang menjadi ciri khas pesawat ini pun berperan vital. Bagian ini merupakan tempat untuk menampung para penumpang, tangki bahan bakar, hingga kargo sekaligus.

Jika dibandingkan dengan pesawat jet saat ini seperti Airbus A350, ukuran lebar kedua pesawat ini memiliki besaran yang sama, yakni 65 meter. KLM sendiri mengklaim bahwa Flying-V lebih irit dan efisien dibandingkan dengan Airbus 350 karena adanya dua mesin turbofan di setiap sayap bisa menghemat biaya bahan bakar pesawat saat berada di ketinggian 55 meter, walaupun dengan jumlah penumpang yang sama sekalipun. Untuk Airbus A350 sendiri bisa menampung sebanyak 300 hingga 350 orang, sedangkan Flying-V mampu menampung hingga 314 penumpang.

Roelof Vos selaku Pimpinan Proyek TU Delft mengatakan, inovasi ini merupakan hasil sementara yang nantinya bisa menjadi pelopor utama untuk industri penerbangan di masa depan. Untuk saat ini, mereka masih terus melakukan riset dalam mencari hasil terbaik, terutama dalam hal efisiensi bahan bakar pesawat.

“Penerbangan sendiri berkontribusi dalam menghasilkan emisi CO2 (Karbon Dioksida) di seluruh dunia. Untuk itulah, kami berusaha meminimalisir lewat proyek Fying-V ini. Inovasi yang diluncurkan adalah mewujudkan sinergitas antara badan dan sayap pesawat yang nantinya bisa menciptakan gaya hambat aerodinamik yang lebih sedikit, dibandingkan pesawat dengan bentuk tabung seperti yang selama ini sudah kami buat selama beberapa dekade lalu,” jelas Vos seperti yang dikutip dalam CNN.

Walaupun begitu, Flying-V sendiri masih memerlukan berbagai riset ketat. Vos menambahkan, berbagai uji coba pesawat telah dilaksanakan, seperti uji tekanan udara, uji dalam kecepatan tinggi, hingga uji dalam kecepatan rendah. Dengan ini, pihaknya bisa melihat sisi bagian mana yang ternyata memang efisien sebelum ditunjukkan kepada publik.
Sumber: Robb Report
Dalam sosialisasinya, Vos mengatakan bahwa Flying-V sendiri masih menggunakan avtur sebagai bahan bakar utamanya. Ia mengaku bahwa teknologi listrik seperti yang digadang-gadang itu masih jauh hingga 30 tahun ke depan. Namun, pesawat ini masih bisa diadaptasi apabila menggunakan mesin jet listrik masa depan.

Saat ini, pihak peneliti masih melakukan kajian untuk menerapkan teknologi untuk penumpang demi menambah kenyamanan di pesawat. Mereka sedang meriset desain kursi hingga kamar mandi yang cocok untuk para penumpang. “Saat ini, KLM tengah mencoba sebagai pionir dalam industri penerbangan di dunia. Lewat kerja sama dengan TU Delft, kami berusaha menyiapkan strategi dan pelayanan maksimal kepada para penumpang,” jelas Pieter Elbers selaku CEO dan Presiden KLM.

Pihak KLM sendiri akan menampilkan desain kabin kepada publik pada Oktober 2019 di Bandara Amsterdam yang juga bertepatan dengan ulang tahun KLM ke-100. Tahap penyelesaian proyek Flying-V baru bisa dinikmati penumpang pada tahun 2040 hingga 2050 mendatang.

*Artikel ini telah tayang di Majalah Airmagz edisi November 2019